Klasifikasi Posisi Anak dalam Keluarga Menurut Alquran


tipe anak dan posisi anak dalam keluarga
Salah satu tujuan membangun rumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan dan memiliki anak.  Anak merupakan wasilah untuk meneruskan keturunan agar keberlangsungan hidup tetap berjalan.  Selain itu pula anak adalah salah satu harapan untuk merawat orang tua ketika orang tua sudah memasuki usia tua dan mendoakannya. 

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang shaleh dan shalehah.  Sehingga tak sedikit orang tua yang memberikan pengasuhan dan pendidikan yang layak kepada anaknya.  Bahkan ada beberapa orang tua yang sudah menyiapkan semua kebutuhan materi untuk anak termasuk sudah menyiapkan biaya pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Semuanya memiliki harapan, bahwa kelak anaknya nanti menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan bermanfaat kepada masyarakat.  Tapi dari kesemua harapan tersebut ada yang bisa terealisasi dengan baik dan ada juga yang malah menjadi petaka untuk keluarga.  Seperti yang digambarkan dalam Alquran yaitu antara anak Nabi Ibrahim dan anak Nabi Nuh.  Anak Nabi Ibrahim menjadi teladan dalam berqurban sedangkan anak Nabi Nuh ditenggelamkan dalam sebuah banjir besar.

Oleh karena itu dalam mendidik anak harus banyak memperhatikan banyak hal agar anak bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang bermanfaat.  Salah satu yang menjadi perhatian adalah sumber penghasilan yang diperoleh untuk menghidupi keluarga.  Hal ini menjadi penting karena ketika rezeki banyak berasal dari harta haram maka kemungkinan paling besar adalah anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak baik. Begitu pula sebaliknya ketika anak tumbuh kembang berasal dari rezeki yang halal maka anak sangat berpeluang besar menjadi anak yang shaleh dan shalehah.  Point rezeki ini harus digaris bawahi  karena hal tersebut sangat berpengaruh kepada anak bahkan kepada istri.

Posisi anak dalam keluarga diklasifikasi menjadi 4 bagian yaitu

1.  Anak sebagai musuh

Bisa jadi anak yang ada dalam keluarga kita menjadi musuh untuk orang tuanya.  Menjadi musuh karena anak banyak menyusahkan orang tua dan berusaha menjerumuskan orang tuanya ke dalam kemaksiatan kepada Allah.  Anak tidak bisa memberikan manfaat yang bisa meringankan beban orang tua.  Di jaman saat ini tak jarang kita mendengar seorang anak yang tega membunuh orang tuanya. Selain itu ada lagi peristiwa yang tragis seorang anak berhubungan intim dengan ibunya. 

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” (QS. At Taghabun: 14)

2.  Anak sebagai ujian dan fitnah untuk keluarga

Anak bandel dan anak yang baik bisa jadi merupakan ujian dan fitnah untuk sebuah keluarga.  Menjadi fitnah karena kelakuan anak yang tidak mencerminkan akhlaq-akhlaq islami.  Banyak perbuatan maksiat yang dilakukannya hingga akhirnya orang tuanya harus menerima getahnya.  Anak yang baik juga bisa menjadi ujian untuk orang tuanya.  Apakah nantinya si orang tua menjadi sombong dan tinggi hati ketika melihat anak sukses bila dibandingkan dengan anak-anak lainnya dan akhirnya melupakan akan Sang Pemberi Rezeki yaitu Allah Ta'ala.  Seakan dirinyalah yang paling berjasa dalam mendidik anak.

" Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al Anfal: 28)

3.  Anak sebagai perhiasan

Ada sebuah keluarga dengan berlatar belakang tidak mampu dan banyak diremehkan banyak orang di lingkungannya.  Namun karena kesabarannya dalam mendidik anak dan ketaatannya kepada Allah Ta'ala hingga akhirnya anaknya menjadi anak yang berhasil.  Akhirnya anak tersebut bisa membahagiakan orang tuanya dan mengangkat derajat bapak serta ibunya di tengah-tengah masyarakat.

 “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi: 46)

4.  Anak sebagai penyejuk mata dan hati (Qurrota a'yun)

Anak seperti inilah yang menjadi harapan orang tuanya.  Anak bisa menjadi penghibur dikala susah dan menjadi penyejuk mata dikala bahagia.  Anak dengan segala kemampuannya berdedikasi untuk berbakti kepada orang tua.  Tiada kata dan perbuatan yang menyakiti orang tuanya.  Bahkan anak bisa menjadi seorang pemimpin yang baik di tengah-tengah masyarakat.

“Dan orang-orang yang berkata: ”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqon: 74)

Sebagai orang tua pasti menginginkan agar anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalehah.  Doa dan usaha senantiasa dikerahkan agar anak bisa melebihi dari orang tuanya.  Tidak ada keinginan orang tua agar anak menjadi anak durhaka.  Sang ibu mengasuh dan merawat dengan sepenuh hati semasa kecil.  Sang bapak berusaha menyenangkan anaknya dengan membelikan mainan yang sekaligus sebagai stimulasi untuk anak.  Lalu pertanyaanya adalah saat ini kita berada dalam posisi di mana?

Semoga dengan keberhasilan kita saat ini terus menjadikan kita lupa kepada orang tua ataupun ketika kondisi kita tidak jauh dari orang tua maka jangan salahkan orang tua, tapi salahkan diri kita yang tidak bisa menjadi anak yang Qurrotaa'yun.  Wallahua'lam Bishowab.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Klasifikasi Posisi Anak dalam Keluarga Menurut Alquran"