Cara Mendidik Anak yang Baik Sesuai Usia

Cara mendidik anak yang benar
Mendidik anak merupakan tanggung jawab orangtua yang harus diemban dengan baik.  Anak-anak adalah ibarat seperti selembar kertas putih dan orangtuanyalah yang nantinya akan memberikan warna.  Maksudnya adalah baik atau jeleknya tingkah laku anak merupakan hasil dari orangtuanya dalam mendidik anak-anak mereka.  Oleh karena itu mendidik anak tidak boleh dianggap enteng dan remeh.  Karena pendidikan yang diberikan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dirinya.

Tiap orangtua akan memiliki gaya dan pola mendidik yang berbeda-beda, sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh para orangtua tersebut.  Setiap orangtua akan merasa bahwa dirinya sudah memberikan dan mendidik dengan benar sesuai dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilkinya.

Karena mendidik anak bukanlah perkara yang mudah, tak jarang para orangtua akhirnya mendidik anaknya melalui jalur sekolah atau pondok pesantren.  Ketika anak dididik di sekolah atau di pondok pesantren belum tentu anak akan menjadi anak yang sesuai dengan harapan orangtua, minimal menjadi anak yang baik.  Ketika anak tidak tumbuh sesuai dengan harapan bukan berarti pihak guru ataupun pihak sekolah/pesantren dijadikan kambing hitam karena telah gagal dalam mendidik anak atau murid.

Para guru juga hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan.  Termasuk dalam mendidik anak.  Semua dari anak didiknya juga belum tentu semuanya akan menjadi anak-anak yang berhasil, ada yang berhasil dan adapula yang tidak berhasil.

Lalu bagaimanakah cara mendidik anak yang benar?  Apakah ada cara yang efektif dalam mendidik anak?  Secara garis besar teladan yang terbaik yang bisa kita jadikan rujukan dalam mendidik anak yang benar adalah sesuai dengan cara Rasulullah dalam mendidik anak. 

Berikut ini adalah tahapan cara mendidik anak ala Rasulullah

1.  Mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun

Anak usia 0-6 tahun merupakan usia emas atau Golden Age.  Anak pada usia ini akan mengalami masa tumbuh kembang yang sangat cepat.  Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang dengan mainan.  Mainan akan sangat membantu agar anak menjadi anak yang cerdas

Sedangkan Rasulullah sendiri menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun.  Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.  Jadikan anak merasa aman, merasa dilindungi dan nyaman bersama orangtua.  Ketika anak nakal maka janganlah membiasakan untuk dipukul supaya anak mau menurut.  Memukul ataupun memarahi anak pada usia ini bukanlah cara yang tepat.  Berikanlah kesempatan pada anak agar merasakan kebahagiaan yang berkualitas dimasa kecil.

2.  Mendidik anak usia 7 hingga 14 tahun

Perkenalkanlah anak dengan tanggung jawab dan kedisiplinan pada usia ini.  Kita bisa melatihnya mulai dari memisahkan tempat tidurnya dan mendirikan shalat 5 waktu.  Pukullah anak ketika anak tidak mau mendirikan shalat.  Tapi bukan pukulan yang menyakitkan atau pukulan di kepalanya.  Atau kita bisa membuat sanksi-sanksi ketika anak melanggar, namun sanksi yang diberikan usahakan sesuai dengan kesepakatan antara anak dan orangtua.

“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat saat mereka telah berusia 7 tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”     (HR. Abu Dawud)

3.  Mendidik anak usia 15 hingga 21 tahun

Anak pada usia ini adalah usia dimana anak akan cenderung memberontak.  Namanya juga dunia remaja.  Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak.  Fungsinya adalah agar kita bisa meluruskan anak ketika anak berbuat kesalahan, karena kita dekat dengan anak.  Timbulkan rasa nyaman pada anak bahwa kita orangtua namun bisa bersikap seperti sahabat setia.  Sahabat setia yang siap mendengar segala cerita dan curahan hati anak.

Masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.  Jangan sampai ketika anak-anak punya masalah namun mereka cari solusi dan cari curhat ke tempat orang lain.  Didiklah anak dengan membangun persahabatan meskipun kita adalah orangtuanya, agar anak tidak merasa bahwa kita adalah orang ketiga yang tidak boleh tahu tentang permasalahan dirinya.

Para orangtua juga dilarang untuk memarahi dan menghardik anak di hadapan adik-adiknya ataupun di depan kakak-kakaknya.  Maksudnya supaya harga dirinya tidak jatuh sehingga anak tidak merasa rendah diri. Jalinlah pendekatan yang baik kepada anak.

4.  Mendidik anak usia 21 tahun keatas

Mendidik anak usia ini adalah dengan memberikan kepercayaan dan memberikan kebebasan.  Kebebasan bukan berarti anak akan berbuat sebebas-bebasnya, namun biarkan anak bertindak dengan alasan yang jelas dan masuk akal serta tidak menyalahi aturan. 

Kita sebagai orangtua hanya sekedar memantau dan memberikan pengarahan ketika anak merasa ada kesulitan.  Bukan denga cara mendikte karena nantinya anak tidak akan bisa mandiri.  Biarkan anak untuk berlatih membuat keputusan dan melaksanakannya, kita sebagai orangtua adalah dengan mendoakannya.

Anak berhasil ataupun anak tidak berhasil adalah pilihan.  Dan yang sangat berperan adalah para orangtua terutama pola asuh dan cara mendidik anak tersebut.  Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang sukses, oleh karena itu berikanlah dan didiklah anak dengan cara yang benar.  Karena anak adalah aset berharga yang bisa mendoakan dan memberikan manfaat untuk orangtuanya terlebih ketika orangtua sudah meninggal yaitu doa anak shaleh. Bisa baca Nasihat Nabi Luqman kepada anaknya.

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Cara Mendidik Anak yang Baik Sesuai Usia"

Unknown said...

thanks sis artikelnya sangat mendidik
ternyata selama ini saya salah dalam
mendidik anak.

Unknown said...

Terkadang kita tidak sadar. Dan lepas kendali atau emosi

Ompi said...

bagaimanapun anak mempunyai kepribadiannya sendiri, kewajiban Orangtua adalah membangun pondasi masa depan anak dan kelak yang dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah adalah pondasi seperti apa yang kita buatkan untuk anak, bukan apa yang kemudian dilakukan oleh anak (setelah akil balig)

anak